TIMES HONGKONG, BANDUNG – Program Studi Destinasi Pariwisata Politeknik Pariwisata (Poltekpar) NHI Bandung menyelenggarakan kegiatan Diseminasi Field Project Study (FPS) 2025 yang berlangsung di Convention Hall Poltekpar NHI Bandung, Senin (23/6/2025).

Industri pariwisata Indonesia tengah menghadapi tantangan dinamis yang dibarengi oleh peluang strategis di tahun 2025.

Di tengah tren global yang menekankan pada cultural immersion atau wisata berbasis pengalaman budaya, Indonesia memiliki keunggulan kompetitif melalui kekayaan alam, budaya lokal, serta keberagaman etnis yang tersebar di seluruh penjuru negeri.

Dan kegiatan Poltekpar NHI ini merupakan bagian integral dari kurikulum semester enam yang dirancang untuk membekali mahasiswa dengan pengalaman praktis dalam merancang dan mengevaluasi pengelolaan destinasi pariwisata secara langsung.

Direktur Poltekpar NHI Bandung, Dr. Masatip, MM.Par., CEE, menjelaskan bahwa mahasiswa diberi mandat untuk mempresentasikan hasil penelitian dan observasi lapangan dari berbagai destinasi wisata unggulan seperti Taman Nasional Komodo, Sawahlunto, Kuningan, dan sejumlah desa wisata di Jawa Barat dan luar daerah.

Pendekatan akademik ini bertujuan agar mahasiswa tidak hanya memahami teori, tetapi juga mampu memberikan kontribusi konkret kepada pemangku kepentingan di sektor pariwisata.

Sementara itu, Anwari, selaku penanggung jawab kegiatan, menekankan pentingnya prinsip sustainability dalam pengembangan destinasi wisata.

“Keberlanjutan adalah prasyarat dalam daya saing pariwisata global. Poltekpar NHI Bandung telah menjadikan konsep sustainable tourism sebagai prinsip dasar dan telah memperoleh sertifikasi untuk implementasinya,” ujarnya.

Isu-isu strategis seperti pengelolaan sampah, pelestarian lingkungan, pengembangan wisata ramah Muslim, hingga pemberdayaan masyarakat melalui UMKM menjadi fokus dalam proyek lapangan ini. Pendekatan tersebut membentuk wawasan holistik mahasiswa sebagai agen perubahan di sektor pariwisata.

Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Ir. Martini Mohamad Paham, MBA, memberikan apresiasi tinggi terhadap keberlanjutan program FPS yang dilaksanakan secara konsisten.

Tahun ini, FPS mengusung tema 'C90 for Inclusive and Quality Tourism' yang mencerminkan komitmen terhadap pembangunan pariwisata yang merata dan bermutu tinggi.

“Masih terdapat kesenjangan dalam persepsi dan kepentingan antar pelaku pariwisata. Oleh karena itu, kajian berbasis akademik dan praktik lapangan dari mahasiswa sangat dibutuhkan untuk mempertemukan perspektif dan menciptakan sinergi antar unsur pentahelix,” ujarnya.

FPS juga menjadi bentuk implementasi nyata dari tridharma perguruan tinggi, yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Output dari kegiatan ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai rujukan strategis bagi pemerintah, pelaku industri, akademisi, serta masyarakat dalam merumuskan arah kebijakan dan pembangunan pariwisata berkelanjutan di Indonesia.

Dengan semangat kolaborasi dan kontribusi ilmiah, Poltekpar NHI Bandung menegaskan komitmennya untuk terus menghasilkan lulusan yang adaptif, berwawasan global, dan berpihak pada pembangunan pariwisata yang inklusif dan berkelanjutan. (*)